--> Skip to main content
Trigonal Translator: Penerjemah Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda

Bentuk-Bentuk Keputusan Bersama

Mengambil sebuah keputusan merupakan salah satu cara supaya sebuah organisasi bisa berjalan dengan baik. Berikut ini adalah beberapa bentuk keputusan bersama:

Bentuk-Bentuk Keputusan Bersama

1. Keputusan Mayoritas

Keputusan mayoritas adalah

keputusan yang diambil dari hasil pendapat sebagian besar atau mayoritas peserta musyawarah.

Syarat bisa dilakukannya keputusan mayoritas:

  • Terdapat perbedaan pendapat di antara peserta musyawarah.
  • Terdapat pendapat mayoritas, paling sedikit 75% dari seluruh peserta yang hadir.

Setelah keputusan mayoritas ditetapkan, maka keputusan tersebut harus dilaksanakan dan dihormati oleh seluruh peserta musyawarah, tanpa kecuali.

2. Keputusan Aklamasi

Menurut KBBI, aklamasi adalah pernyataan setuju secara lisan dari seluruh peserta rapat dan sebagainya terhadap suatu usul tanpa melalui pemungutan suara. Jadi bisa kita simpulkan bahwa keputusan aklamasi adalah

sebuah keputusan tanpa melalui pemungutan suara terlebih dahulu karena semua peserta memiliki pendapat yang sama.

Syarat bisa dilakukannya keputusan aklamasi:

  • Tidak terdapat perbedaan pendapat di antara para peserta musyawarah.
  • Semua peserta setuju pengambilan keputusan dilakukan secara aklamasi.

Keputusan aklamasi ini sebenarnya jarang sekali terjadi dan mungkin tidak boleh sering terjadi, karena perbedaan pendapat dalam sebuah organisasi menunjukkan adanya “kesehatan demokrasi” di dalam organisasi tersebut. Sebuah organisasi yang “sehat”, memiliki banyak perbedaan pendapat di dalamnya tetapi apapun keputusan yang diambil akan dilaksanakan dan dihormati dengan sebaik mungkin.

3. Voting

Voting adalah

sebuah pengambilan keputusan yang dilakukan dengan cara pemungutan suara.

Syarat-syarat bisa dilakukannya voting adalah sebagai berikut:

  • Terdapat perbedaan pendapat dalam musyawarah yang tidak mencapai mufakat.
  • Tidak terdapat pendapat atau suara mayoritas, yaitu 2/3 dari seluruh peserta yang hadir.
  • Para peserta musyawarah memilih untuk melakukan voting agar suara yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan.
  • Satu peserta musyawarah berbobot satu suara.
  • Hasil akhir diputuskan dari jumlah suara yang didapat. Satu suara pun tetap dihitung sebuah keunggulan.

Salah satu contoh voting adalah pemilihan presiden dan wakil presiden.

4. Musyawarah untuk mufakat

Musyawarah untuk mencapai mufakat adalah tahapan paling tinggi dan paling sulit dalam pengambilan keputusan. Karena musyawarah mufakat membutuhkan peserta musyawarah yang:

  1. sehat moral
    tanpa moral yang baik, maka peserta akan memperkeruh suasana musyawarah, bahkan menggiring pada pengambilan keputusan yang salah.
  2. mumpuni dalam ilmu agama
    proses pengambilan keputusan dan tujuan akhir keputusan tidak boleh keluar dari koridor agama, serta memiliki keyakinan bahwa apa yang diperbuat merupakan sebuah ibadah.
  3. berjiwa sosial tinggi
    keputusan musyawarah harus pula dilandasi oleh semangat kekeluargaan, gotong royong, dan mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
  4. cerdas mencari solusi serta mengutarakan pendapat
    seorang peserta musyawarah harus cerdas memberikan pilihan terbaik terhadap masalah yang dihadapi serta mengutarakannya dengan cara yang mudah dipahami tanpa memaksa dan menggurui.

Sebenarnya musyawarah mufakat adalah ciri bangsa Indonesia yang harus selalu dilestarikan, tetapi sekarang sudah mulai ditinggalkan.

 

Itulah beberapa bentuk keputusan yang bisa Trigonal Media jabarkan. Apabila ada kesalahan atau tambahan, jangan sungkan untuk menuliskannya di kolom komentar. Terima kasih.

Artikel ini dibuat hanya untuk informasi semata. Jika Anda ingin mengetahui lebih jauh tentang pembahasan ini, silakan baca buku atau sumber informasi yang ada di bagian referensi. Terima kasih.

REFERENSI
Artikel: 
Berbagai sumber 
Gambar: 
Dokumen pribadi