--> Skip to main content
Trigonal Translator: Penerjemah Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda

Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani

Adiwilaga (1982) menyatakan, bahwa pembiayaan usahatani bisa berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman karena pada umumnya petani kekurangan modal untuk meningkatkan usahanya. Petani sebagai pengusaha pertanian mempunyai sumber daya yang terbatas terutama dalam penguasaan lahan pertanian yang merupakan modal utama dalam berusaha tani.

Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani digambarkan sebagai sisa pengurangan nilai-nilai penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan, yang mana penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dengan harga produk, sedangkan pengeluaran atau biaya usahatani adalah nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang diperlukan atau dibebankan kepada proses produksi yang bersangkutan (Tjakrawiralaksana, 1983).

Mubyarto (1989) menyatakan, bahwa

biaya produksi adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu dalam satu kali proses produksi.  Biaya produksi dapat digolongkan atas dasar hubungan perubahan volume produksi, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. 

Biaya tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi, sedangkan biaya variabel adalah jenis biaya yang besar kecilnya berhubungan dengan besar kecilnya produksi.  Dalam usahatani padi yang termasuk biaya tetap adalah sewa lahan, biaya penyusutan alat dan pembayaran bunga modal; sedangkan biaya variabel meliputi biaya untuk pembelian benih, pupuk, obat-obatan dan upah tenaga kerja.

Secara keseluruhan biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan dalam proses produksi merupakan biaya total produksi. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeharjo dan Patong (1973) yang menyatakan, bahwa

biaya total dalam suatu proses produksi adalah jumlah biaya tetap total dan biaya variabel total.

Mubyarto (1989) menyatakan, bahwa

petani akan memperhitungkan dan membandingkan antara penerimaan dan biaya, di mana semakin tinggi rasio perbandingan ini maka usaha yang dilaksanakan semakin menguntungkan. 

Hal ini sejalan dengan pendapat Tjakrawiralaksana (1983) yang menyatakan,

bahwa untuk mengetahui besarnya keuntungan dari suatu cabang usahatani dapat dilihat dengan analisis imbangan penerimaan dan biaya (cost and revenue) atau R/C. 

Apabila dari suatu usahatani tersebut diperoleh keuntungan maka usahatani itu layak untuk dilaksanakan. Pada dasarnya petani padi tidak hanya berkepentingan untuk meningkatkan produksi tetapi juga untuk meningkatkan pendapatannya.

 

Artikel ini dibuat hanya untuk informasi semata. Jika Anda ingin mengetahui lebih jauh tentang pembahasan ini, silakan baca buku atau sumber informasi yang ada di bagian referensi. Terima kasih.

REFERENSI
Artikel:
1. Adiwilaga, A. (1982). Ilmu Usahatani. Bandung: Alumni
2. Tjakrawiralaksana, A.  (1983).  Usahatani.  Bogor: Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
3. Mubyarto. (1977). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES
4. Mubyarto. (1989). Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: LP3ES
5. Soeharjo dan Patong, D. (1973). Sendi-sendi Pokok Usaha Tani. Bogor: Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 
Gambar:
Dokumen pribadi