--> Skip to main content
Trigonal Translator: Penerjemah Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkecambahan Benih

Menurut Sutopo (2002: 31) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan adalah sebagai berikut:

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkecambahan Benih

Faktor Luar

  1. Air
    Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih. Faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah: sifat dari benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada medium di sekitarnya.
    Pada umumnya kebutuhan benih akan air yaitu tidak melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya. Benih tanaman mempunyai kemampuan berkecambah pada kisaran air tanah tersedia mulai dari kapasitas lapangan sampai titik layu permanen. Kapasitas lapangan dari tanah yaitu jumlah air maksimum yang tertinggal air permukaan dikuras dan setelah air yang keluar dari tanah karena gaya berat habis. Sedangkan titik layu permanen adalah suatu keadaan dari kandungan air tanah di mana terjadi kelayuan pada tanaman yang tidak dapat balik.
    Untuk kebanyakan benih tanaman yang kondisinya kelewat basah sangat merugikan, karena menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit. Untuk kacang-kacangan, benih akan berkecambah pada kandungan air tanah sedang sampai di atas kapasitas lapang.
  2. Temperatur
    Temperatur merupakan syarat penting yang kedua bagi perkecambahan benih. Temperatur optimum adalah temperatur yang paling menguntungkan bagi berlangsungnya perkecambahan benih. Temperatur optimum bagi kebanyakan benih tanaman adalah di antar 80-950 F (00-50C). Untuk tanaman musim dingin (cool-season) temperatur minimumnya adalah 400F (4,50C) atau kurang, misalnya Selada. Sedangkan untuk tanaman musim panas (warm-season) temperatur minimumnya berkisar antara 50-600F (10-150C).
  3. Oksigen
    Proses respirasi ini akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat perkecambahan berlangsung proses respirasi akan meningkat pula dengan meningkatnya pengambilanoksigen dan pelepasan karbon dioksida, air dan enersi yang berupa panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan benih. Pada sintesa lemak menjadi gula diperlukan oksigen karena molekul asam lemak mengandung lebih sedikit pada molekul gula. Enersi yang digunakan untuk kegiatan mekanisme sel-sel dan mengubahbahan baku bagi proses pertumbuhan dihasilkan melalui proses oksidasi dari cadangan makanan di dalam benih.
    Walau pun demikian ada beberapa jenis tanaman yang mempunyai kemampuan untuk berkecambah pada keadaan yang kurang oksigen, misalnya padi.
  4. Cahaya
    Kebutuhan benih terhadap cahaya untuk perkecambahannya berbeda-beda tergatung jenis tanamannya.  Benih dapat diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan akan cahaya menjadi 4 golongan, yaitu:
    1.    Golongan yang memerlukan cahaya secara mutlak untuk perkecambahannya, misalnya Viscum album
    2.    Golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahannya, misalnya Lactuca sativa
    3.    Golongan di mana cahaya dapat menghambat perkecambahannya, misalnya Allium sp.
    4.    Golongan di mana benih dapat berkecambah sama baik di tempat gelap atau ada cahaya, misalnya Leguminosae 

Kondisi yang menguntungkan akan menghasilkan perkecambahan yang baik, maka perlu mengetahui jenis tanaman yang cocok digunakan dengan kondisi lingkungan yang ada.

Faktor Dalam

  1. Tingkat Kemasakan Benih
    Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tidak tercapai tidak mempunyai viabilitas tinggi. Benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio sebelum sempurna.
    Cadangan makanan yang terdapat pada endosperm yang belum masak masih belum cukup tersedia bagi pertumbuhan embrio  selengkap yang tersedia pada endosperm masak. Dan tampaknya terjadi perubahan-perubahan pada embrio dan endosperm selama proses pemasakan biji berlangsung, yang akan memungkinkan embrio berkecambah lebih cepat.
    Dengan benih yang masak, maka pertumbuhan benih akan secara optimal dapat tumbuh dengan baik pada kondisi yang optimum.
  2. Ukuran Benih
    Di dalam jaringan penyimpanannya  benih memiliki karbohidrat, protein, lemak, dan mineral. Di mana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan enersi bagi embrio pada saat perkecambahan.
    Diduga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan benih kecil, mungkin pula embrionya lebih besar.
    Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan petumbuhan, karena berat benih menentukan besarnya kecambah (Sutopo, 2002: 30).
    Benih yang mempunyai cadangan makanan yang lengkap dan banyak memungkinkan benih dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal pada kondisi yang optimum, karena cadangan makanan yang ada dalam benih digunakan sebagai enersi dalam menjalani kehidupan tanamam sebelum organ daun dapat berfungsi, maka persediaan makanannya terdapat pada kotiledon tersebut.
  3. Dormansi
    Suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambahwalaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahan.
    Dormansi bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas maupun karena resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekani, embrio yang rudimenter, ataupun bahan-bahan penghambat perkecambahan.
    Dengan perlakuan khusus masa dorman bisa dipatahkan sehingga dapat dirangsang untuk berkecambah, misalnya dengan perlakuan stratifikasi, direndam dalam larutan asam sulfat dan lain-lain.
  4. Penghambat Perkecambahan
    Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih, yang dikenal antara lain:
    a.    Larutan dengan tingkat osmotik tinggi, misal larutan mannitol, larutan NaCl.
    b.    Bahan-bahan yang mengganggu lintasan metabolisme, umumnya menghambat respirasi seperti sianida, dinitrofenol, azide, fluorida, hydroxilamine
    c.    Herbisida
    d.    Coumarin
    e.    Auxin

 

Artikel ini dibuat hanya untuk informasi semata. Jika Anda ingin mengetahui lebih jauh tentang pembahasan ini, silakan baca buku atau sumber informasi yang ada di bagian referensi. Terima kasih.

REFERENSI
Artikel:
Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Jakarta: Raja Grafindo Persada 
Gambar:
Berbagai sumber